pasar di pinggir jalan
semenjak keputusan perubahan rute trayek bis, saya telah biasa dengan kemacetan di jalan raya bogor tepatnya di sekitar kramat jati. bagi ribuan orang yang tiap pagi melintasi ruas jalan ini, sudah menjadi hal biasa dengan kemacetan yang disebabkan oleh para pedagang yang menggelar dagangannya tepat bahu jalan, bahkan hingga memakan setangah ruas jalan.
gilanya, hal ini sudah berlangsung hampir satu tahun (lebih bahkan!) dan tidak ada aparat pemda yang menertibkan. bukannya tidak diberi tempat, mereka telah disediakan tempat dibelakang gedung kramat jati indah.
namun dengan alasan kurang banyak pembeli, mereka pindah ke pinggir jalan dan memacetkan jalanan.
para pedagang dengan perasaan tidak bersalah menggelar dagangan, menaruh gerobak, meja, karung dan lain lain di sembarang tempat. begitu menjelang pasar selesai (yang biasanya rapi jam 9 pagi kata sopir angkot yang saya tumpangi) sampah sudah menumpuk dan biasanya belum selesai dibersihkan.
setiap hari saya mendongkol lewat situ. pun orang yang melintas. pernah saya terlibat percakapan dengan seorang sopir angkot, dan dengan rasa sebal yang amat sangat dan sambil menyumpahi dia menceritakan bahwa kemacetan ini merugikan usahanya. kaki pegal, waktu terbuang, bensin habis percuma dan penumpang yang sedikit.
juga pelintas jalan (seperti saya) yang paling tidak menghabiskan waktu 30 menit untuk melewati kemacetan ini. setiap hari kerja.
sang sopir tadi menyalahkan pemda yang tidak berbuat apapun terhadap masalah ini. menutup mata karena sudah mendapat jatah bulanan dari pedagang. paling tidak dari aparat kelurahan sampai camat (unsur terkait lainnya) akan mendapatkan keuntungan yang dikutip dari pedagang sepanjang jalan tersebut.
juga menyalahkan orang2 yang tidak tertib mau berbelanja di pasar pinggir jalan itu. kalo semua mau tertib berbelanja di tempatnya, pasti mereka akan kembali ke tempat yang telah disediakan.
oh, orang indonesia.
moral of the story :
- make sure kalau pekerjaan kita tidak merugikan orang lain.
- pekerjaan yang merugikan orang lain tidak membawa berkah karena orang yang dirugikan merasa dizalimi dan akan menyumpahi kita.
- akibatnya mungkin tidak langsung. suatu saat kita akan menuai hasil perbuatan merugikan kita.


saya pikir banyak yang akan keberatan dengan kebijakan tersebut.
beberapa pekan setelah pemberlakuan ketentuan tersebut, saya bisa memetik manfaat darinya. saya jadi tidur lebih cepat, waktu tidur saya lebih banyak, dan ketika bangun, saya rasa tubuh saya lebih segar. segar seperti timun di swalayan.
ah, situ ngiri aja, sih ? gak bisa liat orang seneng, ya ?
Saya suka datang ke acara kematian. Bukan saya senang akan kesedihan orang atau gimana, tapi ketika even itu berlangsung, saya selalu mendapat peringatan dan pencerahan mengenai hidup. Sampai pada titik itu, saya seperti teringat akan kilas balik kehidupan yang telah saya jalani. Saya jadi selalu disadarkan untuk memperbaiki ibadah karena suatu saat saya akan meninggal dan ga sampe disitu. Saya akan diminta pertanggungjawaban atas waktu yang saya gunakan selama hidup.
turut berduka cita sedalam dalamnya atas korban - korban gempa bumi dan tsunami yang terjadi di sumatera dan beberapa radius mil di daerah sekitarnya. semoga yang meninggalkan mendapat ketenangan di alam sana, dan yang ditinggalkan selalu tabah dalam menghadapi cobaan ini.
hidup mau tidak mau selalu dihadapkan pada pilihan. baik atau buruk, menguntungkan atau merugikan. hidup yang baik adalah hidup yang tersedia pilihan2 yang bisa bisa dipilih.
